Menulis kembali drama bahasa indonesia dengan judul takut disuntik

Menulis kembali Drama Bahasa Indonesia dengan judul takut disuntik. Naskah Drama Bahasa Indonesia ini mengisahkan tentang dialog sekelompok anak yang takut dengan suntik cacar. Sebenarnya Drama Bahasa Indonesia ini sudah pernah saya postingkan pada tulisan saya oktober 2012 dengan judul Karangan Drama Bahasa Indonesia Takut di Suntik.

Drama Bahasa Indonesia ini tergolong drama singkat atau drama pendek, dan juga setting latar, alur dan waktunya pun sangat sederhana. Drama yang saya buat ini mungkin bisa mengingatkan kita di masa kanak-kanak ketika duduk di bangku sekolah dasar.
Drama bahasa indonesia takut suntik

Mari kita ikuti Drama Bahasa Indonesia dengan judul takut disuntik.
Takut disuntik

Waktu menunjukkkan pukul 09.25 WIB, suara hiruk pikuk SD Mulyoagung 4 Singgahan terdengar sampai  luar sekolah, Jam ini adalah waktu istirahat. Tampak seorang Pria setengah baya mengenakan seragam biru tua kehitam-hitaman memakai Peci hitam, berdiri didepan kantor sambil sesekali melihat Jam dilengan kirinya. Pak Imam Syafi’i, Ia kepala sekolah di SD Mulyoagung 4 Kecamatan Singgahan.

Dibawah pohon nangka yang berada tepat didepan halaman sekolah, 3 orang anak sedang duduk-duduk di plesteran dibawah pohon yang bentuknya melingkar.

Sukair              : “Eh Lang, denger-denger nanti ada suntikan ya?.”

Bolang             : “Suntikan apa to?.”

Sukair              : “Kata kakakku itu suntik cacar,”

                           “Kakakku kan sudah kelas enam, jadi dia pernah di suntik kayak gitu.”   

                           (ucap   Sukair menjelaskan).

Diki                  : “Aku juga pernah denger cerita tentang suntik cacar dari Kakak kelas yang

                           dahulu, waktu itu  katanya banyak  yang  nangis”.

Bolang             : “Waduh,!!.. pasti sakit sekali ya? , buktinya banyak yang nangis.”


 Jono (berlari dari arah pintu pagar sekolah menuju ke arah Sukair, Bolang dan Diki)

Jono                 : “Gawat.. !” (masih dengan nafas ngos-ngosan, dan tetap berdiri )

                           “Pokoknya Gawat….!”(menyambung perkataan yang belum selesai)

Sukair              : “Gawat?...”(ucap Sukair dengan  kebungungan  dan diikuti raut muka  Kebingungan.)

                            “Apanya yang gawat, Jon?.”


Jono                 : “Ambulan datang !, Itu Ambulannya sudah datang…”

( Sukair ,Diki, Bolang berdiri dari duduknya  sambil melihat kearah gerbang sekolah, dengan raut muka cemas)

Bunyi mesin mobil terdengar semakin mendekat, tidak berapa lama kemudian sebuah mobil Colt diesel berwarna putih memasuki gerbang sekolah, dibagian samping kedua sisi mobilnya bertuliskan “DINAS KESEHATAN KECAMATAN SINGGAHAN”, dan bagian depannya bertuliskan “AMBULANCE” seperti tulisan terbalik.

Pak Imam yang sejak tadi berdiri didepan kantor berjalan mendekat kearah mobil Ambulan berhenti, mesin mobil telah dimatikan dan tampak dua orang berseragam putih-putih keluar dari dalam mobil.

Pak Imam        : “Monggo ke kantor…”. (sapa Pak Imam kepada kedua orang tersebut dengan tersenyum sambil mengulurkan   tangan kanannya menyalami kedua orang  berseragam putih tersebut).

Pak Imam dan kedua pegawai Dinas kesehatan tersebut melangkah ke arah kantor dengan beriringan, ketiganya masuk dan Pak Imam mempersilakan tamunya duduk.

 Pak Imam        : “Mohon ditunggu sebentar, saya mau mempersiapkan anak-anak dulu.”

                           (melangkah keluar kantor meninggalkan kedua tamunya)


“Teet…Teeet…Teeet..” (Suara bel masuk dibunyikan).

Semua anak-anak menuju kelas masing-masing, tak terkecuali keempat anak yang sejak tadi berada dibawah pohon nangka dihalaman sekolah, mereka masuk keruang kelas tiga dan duduk dibangku masing-masing.


Pak Imam        : “Assalamu’alaikum….anak-anak”.(Ucap Pak Imam sambil melangkahkan  kaki ke dalam  ruangan kelas tiga).

“Wa’alaikum salam Pak.. “ (jawab murid-murid serempak.)

Pak Imam        : “Hari ini kita kedatangan tamu dari Dinas kesehatan kecamatan, Mereka   datang kesekolah kita untuk memberi  suntik vaksin anti cacar kepada  murid kelas tiga”. (Pak Imam mulai menjelaskan maksud kedatangan  dinas kesehatan).
 
Raut muka murid-murid dalam kelas tersebut seketika berubah, ada kecemasan dalam hati mereka, mungkin terbayang dalam hati mereka bagaimana sakitnya disuntik, namun Pak Imam sepertinya sudah menyadari hal ini.

Pak Imam        : “Apa kalian sudah tau tentang penyakit cacar air?” (Tanya pada Pak Imam kepada murid-murid).

“Belum…Pak !”. (jawab murid-murid serempak)


 Pak Imam        :  “Jadi begini anak-anak…., penyakit Cacar air itu adalah penyakit gatal-  gatal seperti bisul  kemerahan pada  kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau  punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah”.

 
Pak Imam        : “Apa ada yang pernah sakit cacar air?”

                          “Belum….” (jawab murid-murid lagi)

 Sukair              : “Ya, Pak”.(Sukair angkat tangan dan berdiri dari tempat duduknya)

                           “Dulu anak Bibi saya pernah sakit cacar air juga, wajahnya penuh dengan  bintil-bintil
                            kecil  ada airnya.” (kata Sukair meneruskan).

Pak Imam        :  “Betul kata Sukair, Cacar air itu rasanya sangat gatal dan kalian mungkin  tidak betah
                            untuk   tidak menggaruknya, namun semakin digaruk cacar  airnya akan bertambah parah
                            karena bakteri akan mudah masuk lewat  luka yang digaruk tadi,”
                           (Pak Imam  menambahkan penjelasannya).

Bolang             : “Ngeri juga ya….,” (seru Bolang dengan berkidig).

Pak Imam        : “Jadi Petugas kesehatan yang datang ke sekolah kita akan memberikan  suntikan anti
                           penyakit cacar  kepada murid kelas empat.”

Jono                 : “Sakit Enggak Pak kalo disuntik cacar?.”
                          ( Tanya Jono tanpa berdiri dari  tempat  duduknya).

Pak Imam        : “Sakit, cuma sakitnya itu sama seperti digigit semut”. (Jelas Pak Imam)

                           “Di gigit semut itu sakit apa Tidak?.” (Tanya Pak Imam pada murid- murid).

“Ti…daaak !!!” (jawab murid-murid serempak.)

Bolang            : “Sakit Pak…!” (kata Bolang, sehingga anak-anak yang lain menaruh  perhatian 
                          kepadanya)

Pak Imam        : “Kalo disuruh milih, Bolang pilih mana antara sakit digigit semut sama  sakit  cacar?” (Tanya  Pak Imam dengan tersenyum pada Bolang, anak- anak yang lain memandang ke arah Bolang).

Bolang             : “Pilih sakit digigit semut”. (jawab bolang dengan cengengesan).

“Hu…hu………….” (seru murid murid menertawakan teman mereka).

Pak Imam        : “Nah, sebentar lagi Petugas kesehatan akan datang ke kelas ini, Apa  kalian sudah Siap?”

                          (Tanya Pak Imam meyakinkan murid-murid)

“Siaaaaaap…….!” (suara seisi kelas menjawab kompak).

(Raut muka yang penuh kecemasan sekarang sudah tidak tampak dari siswa kelas tiga dan sepertinya mereka sudah siap untuk di suntik vaksin anti cacar)

Menulis kembali Drama Dahasa Indonesia dengan judul takut disuntik

0 Response to "Menulis kembali drama bahasa indonesia dengan judul takut disuntik"

Post a Comment